Jakarta - Pengrajin kayu jati yang menjual souvenir dan interior rumah tangga telah banyak menjamur. Namun, yang membedakan adalah metode pembuatannya.
Pemilik Kaemara Danastri dari Blora, Vitri Devid mengatakan, produknya unggul di proses finishing produk.
Dari segi proses akhir, produknya menyemprotkan cairan impra pelapis
kayu agar lebih tahan lama sehingga kualitasnya terjamin.
"Kan banyak sih pengrajin harus cari produk sendiri karena pengrajin itu finishing-nya beda-beda," kata Vitri, di pameran Indocraft 2016, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (9/12/2016).
Menurutnya, dari segi proses akhir atau finishing dapat
memengaruhi harga jual produk. Perbedaan harga yang dimaksud misalnya
produk ukuran besar bisa berbeda Rp 200-300 ribu sedangkan yang
berukuran kecil bisa berbeda Rp 20-30 ribu per/unit.
Hal itu
karena cairan impra sebagai pelapis kayu yang dapat disemprot
berkali-kali lebih dari 5 kali sehingga tidak mudah rusak seperti
tergores atau pun terkupas.
"Finishing impra dan di
lapisi berkali-kali impra berkali-kali nggak cuma sekali, supaya dia
tahan gores, kena lembab aman, bisa kena air, kan ada kayu yang suka ngeletek (mengelupas) kalau di gores kadang di tempelkan label saja ada yang terkelupas kayunya," imbuhnya.
Produk kerajinan kayu jati yang dijual misalnya kotak tisu, tempat tisu, stationary, lampu meja, kaligrafi, kaca, dan lainnya. Ia memulai bisnis dengan meneruskan usaha orang tuanya, awalnya dengan modal sekitar Rp 40 juta, hal itu karena kayu yang dibeli Rp 14 juta per kubik.
"Modal berjalan sekitar Rp 40 juta juta karena kayu satu kubik itu Rp 14 juta paling dibagi-bagi bisa puluhan produk dan beberapa model item. Kita beli kayunya dari Perhutani," kata Vitri.
Kini omzetnya mencapai Rp 40 juta -Rp 50 juta per bulan. Selain memasarkan produknya melalui pameran, produknya juga banyak dijual untuk suvenir pengantin, hotel, dan perkantoran.
"Sekarang omzet rata-rata 40-50 juta/bulan. Soalnya terima order dijual ritel, keliling pameran di Jakarta hingga Pontianak," imbuhnya.
Selain itu produknya pernah diekspor meskipun melalui buyer orang Indonesia yang dikirim ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, dan Jerman.
"Ekspor sudah tapi tidak secara langsung, biasanya yang printilan seperti tempat tisu, name card, pesannya ratusan unit waktu itu nilainya sekitar Rp 38 juta dibawa ke Jerman," imbuhnya.
"Setiap hari selalu ada event pameran keliling mall kalau nggak di Jakarta atau mall Semarang," ujarnya
Produknya dijual dalam range Rp 35.000 - Rp 4 juta. Saat ini karyawannya baru berjumlah 6, tetapi pengiriman produknya telah mencapai Surabaya, Semarang, Pontianak, Makasar, Batam, Kalimantan, Batam, Serang, Jakarta, dan lainnya.
Saat ini dia baru memiliki 1 tempat workshop yang bergabung dengan tempat produksi di Jl Gunandar No 8! Blora, Semarang, Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Write komentar